watch sexy videos at nza-vids!


Rainbow Butterfly

Pria kuning ini tertunduk lesu. Berkali-kali gadis didepannya selalu mengacuhkannya. Tidak. Lebih tepat dikatakan bahwa gadis ini selalu merendahkannya. Ia selalu menganggap bahwa pria kuning ini tak mempunyai kemampuan apa-apa di banding lelaki pujaannya.

TAMAT
“Sudahlah, Naruto. Berapa kali pun kau menyatakan perasaanmu padaku, aku tidak akan mungkin menerima lelaki bodoh dan miskin sepertimu. ”sengit gadis mendongakan kepalanya kaget. Sepedas itukah mulut seorang wanita?

“Sakura-chan, kau boleh memanggilku bodoh,dungu,tolol atau apalah. Tapi, bisakah kau tidak memandang materiku?Aku tahu, aku tak punya apa-apa. Orang tua saja tidak punya. Aku saja numpang di rumah kakekku. Aku juga manusia biasa, yang punya perasaan. ”kata Naruto sedih. Sakura masih membelakanginya.

“Hahahahaha. Itu lelucon yang lucu. Tapi, tidak membuatku tertawa. Ingat, Uzumaki Naruto. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Karena aku, hanya mencintai Sasuke-kun. Sekarang, pergi dari hadapanku!!!”usir Sakura. Naruto tertunduk. Gadis tidak berperasaan.....

Sasuke. Uchiha Sasuke. Naruto tahu siapa dia. Tentu saja tahu, Sasuke adalah teman masa kecilnya. Sekaligus, rivalnya. Naruto dan Sasuke adalah sahabat. Mereka berteman sejak kecil. Sasuke salah satu murid berprestasi di segala bidang, walau agak lemah di bidang olahraga yang salah satu bidang prestasi Naruto, ia mampu menguasai semua bidang.

Hal ini membuat Naruto terkadang iri. Semua orang, terutama wanita menyukai dirinya. Bahkan, gadis yang disukainya, Haruno Sakura juga suka padanya. Tak heran kalau Naruto sedikit sensitif dengan Sasuke. Ia juga mau bertarung sportif dengan Sasuke untuk mendapatkan Sakura, walau dia tahu Sasuke tak menyukai Sakura.

Tapi, setelah kejadian tadi Sakura seperti menginjak-nginjak harga dirinya. Membawanya terbang kelangit lalu dengan mudahnya dijatuhkan ke bumi. Itu terasa sakit sekali. Naruto tak bisa berbuat apa-apa.

Itulah kenyataan. Apa yang dikatakan Sakura memang benar. Dia bodoh. Miskin. Tak punya apa-apa. Tapi, setidaknya dia masih mempunyai perasaan yang sebagaimana kalau dilukai akan sakit.

“Dasar bodoh... Naruto, jelas-jelas dia tidak menyukaimu. Mengapa kau terus mengejarnya?Padahal, dia sudah menginjak-nginjak harga dirimu.... ”gumam Naruto menendang sebuah kerikil.

Matanya menerawang ke langit biru yang bersinar cerah. Seandainya dia mendapatkan seorang gadis manis, berambut panjang dengan wajah polosnya yang bisa menerimanya apa adanya..

“Aarrgh!!Jangan mengkhayal yang tidak-tidak!Dasar idiot... ”umpat Naruto pada dirinya sendiri.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat seekor kupu-kupu berwarna-warni seperti pelangi melintas didepannya. Kupu-kupu itu cantik sekali. Seperti malaikat yang mempunyai sayap beraneka warna.

“Hah?Kupu-kupu yang cantik..... Aku baru melihat kupu-kupu seperti itu... ”ujar Naruto. Dan, ia melihat kupu-kupu itu tersangkut di sarang laba-laba. Segera saja Naruto melepaskannya.

“Terbanglah. Sebebas mungkin. Kepakkan sayapmu ke atas langit. Menarilah di atas awan dengan riang. Jangan biarkan seorang pun menangkapmu... ”kata Naruto setelah melepaskan kupu-kupu itu.

Kupu-kupu pelangi itu masih mengepakkan sayapnya di depan wajah Naruto. Seperti ada sebuah senyuman di sayap kupu-kupu itu. Naruto mengerutkan dahinya. Kupu-kupu itu terbang. Memberi sinyal pada Naruto agar mengikutinya.

Entah mengapa Naruto merasa kakinya ingin melangkah mengikuti kupu-kupu itu. Naruto terus mengikuti kupu-kupu itu sampai akhirnya ia sadar. Bahwa, dia sudah berada di sebuah hutan yang penuh pohon sejuk.

“Aku dimana?Bagaimana aku bisa berada di sini?”kata Naruto bingung. Kupu-kupu itu menghampiri Naruto lagi. Menyuruh Naruto mengikutinya lagi.

Ketika Naruto mengikuti kupu-kupu itu, ia mendengar sebuah suara yang terdengar merdu sekali. Seperti suara seruling. Naruto mengerutkan dahinya.

“Apakah ada orang di hutan yang sejuk ini?”gumam Naruto. Ia mencari sumber arah suara itu.

Matanya menangkap seorang gadis berambut panjang indigo yang sedang menghadap sebuah danau sambil memainkan serulingnya. Naruto terkejut. Ia menghampiri gadis itu.

“Maaf...... ”Naruto menyentuh pundak gadis itu. Gadis itu terkejut dan mundur beberapa langkah.

“Kyaaaaaa!!!

“Tenang, tenang!Jangan panik!Aku bukan orang jahat. Aku... aku cuma mau tanya. Apakah kamu yang memainkan seruling itu?”tanya Naruto menunjuk sebuah seruling mungil di tangan gadis itu.

“Hm... I-iya..... ”jawab gadis itu malu. Naruto memperhatikan wajah gadis itu. Ia baru sadar bahwa wajah gadis itu..... Manis..

“Maaf kalau aku mengagetkanmu.. Hehehehehehehe.... Hutan ini sejuk ya?Tampaknya, jarang ada orang yang ke sini. ”ucap Naruto sembari duduk di samping gadis itu. Wajah gadis itu memerah. Naruto sadar.

“Kau kenapa?Sakit?Wajahmu merah sekali. ”Naruto memegang kening gadis itu.

“Uhm... Ti-tidak.. A-aku tidak apa-apa kok... ”kata gadis itu.

“Cara bicaramu lucu ya. Oh ya, aku belum tahu namamu. Aku Uzumaki Naruto. Kamu?”tanya Naruto menyengir. Gadis itu tertunduk malu.

“H-hyuuga Hinata.... ”

“Hyuuga?Kamu keturunan Hyuuga?Waaah, hebat... ”puji Naruto.

“Iya..... Terima kasih... ”jawab Hinata.

“Salam kenal, Hinata-chan!!Eh, ngomong-ngomong kamu sekolah dimana?”tanya Naruto yang sok akrab memanggil Hinata dengan suffix chan –ditabok Naruto-

“Aku... Sekolah di Konohagakuen... ”jawab Hinata singkat. Wajahnya masih ada semburat merah.

“Konohagakuen?”Naruto baru sadar kalau Hinata memakai seragam Konohagakuen.

“Kok aku tidak pernah melihat kamu ya?”

“Ya... Aku jarang keluar kelas.. Tapi, aku tahu kamu Naruto-kun... ”kata Hinata memainkan kedua jari telunjuknya.

“Eh?Tahu aku?”

“Ya... Setiap istirahat, aku selalu melihatmu sedang bermain basket atau sepakbola sendirian. Permainanmu hebat sekali.. Aku suka itu.. Kamu jago sekali di bidang olahraga.. ”kata Hinata tanpa sadar.

“Sepertinya... Kamu tahu banyak ya tentang aku?”tanya Naruto membuat wajah Hinata semakin memerah..

“A-ano.. I...itu.. ”

“Eh, tadi kamu ya yang memainkan seruling itu?Merdu sekali suaranya. Aku suka mendengarnya!”Naruto memotong kalimat Hinata.

“Ah... Arigatou... ”sahut Hinata.

Naruto memperhatikan sosok Hinata. Manis, berambut panjang, dengan wajah yang polos. Benar-benar mirip dengan kriteria yang tadi di inginkannya. Mata Lavendernya yang cantik, rambut indigo panjangnya yang anggun, dan wajah polosnya yang kupu-kupu pelangi tadi mendengar ucapannya?

Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Dan, saatnya mereka harus pulang.

“Aku antar ya?”tawar Naruto. Hinata membelalakan mata lavendernya.

“Ti-tidak usah.. Nanti merepotkanmu, Naruto-kun... ”tolak Hinata halus.

“Tidak kok!Sekalian aku ingin tahu rumahmu!Ayo!”Naruto menarik tangan Hinata. Hinata berusaha menahan agar dia tidak pingsan.

Sebenarnya, sudah lama sekali Hinata menyukai Naruto. Sejak pertama masuk ke Konoha High School. Tapi Hinata tahu, bahwa Naruto pun sejak pertama masuk Konoha High School ia suka pada Sakura. Awal mengetahui itu, Hinata merasa sangat hancur. Tertekan. Ia tahu cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Gadis Lavender ini sadar, bahwa dia memang tak bisa menandingi kepintaran gadis pink tersebut. Tapi dalam hatinya ia membuat keyakinan. Kalau suatu saat, Naruto pasti akan menjadi miliknya . TAMAT


I’m sorry...

Naruto sedang duduk di bawah pohon rindang dengan mulut mengigit sebuah rumput. Tampaknya, ia sedang menunggu seseorang. Selang 3 menit, seorang gadis lavender menghampirinya.

“Naruto-kun... Sudah lama menunggu ya?”tanya Hinata yang tampaknya kelelahan setelah berlari-lari menghampiri Naruto.

“Tidak kok, Hinata-chan. Aku baru saja di sini. Bagaimana, jadi tidak jalan-jalannya?”kata Naruto seraya bangun dari duduknya. Hinata mengangguk lembut. Naruto langsung menggaet tangan Hinata lalu jalan berdua.

Setelah kejadian melawan Pain itu, Naruto sadar bahwa Hinata sangat mencintainya. Bahkan, ia mengorbankan nyawanya demi dirinya. Tidak seperti Sakura yang hanya bisa melihatnya dan menangis. Naruto sadar bahwa dia salah mencintai seseorang. Yang harus ia cintai, adalah gadis yang di sampingnya ini.

“Hinata-chan, bagaimana kalau kita makan ramen dulu? Aku lapar sekali nih.”kata Naruto memegang perutnya. Hinata hanya mengangguk sambil tertawa melihat ekspresi wajah kekasihnya itu.

“Pak, ramen pedas 2 ya!!!!! ”teriak Naruto pada Pak Teuchi.

“Naruto-kun... ”panggil menatap tempat sumpit yang ada di depan matanya.

“Ya, Hinata-chan?”tanya Naruto mengenggam tangan Hinata.

“Terima kasih, kamu sudah membalas cintaku. Dan, karena kamu aku sudah tidak jadi pemalu lagi.”kata Hinata. Naruto mengelus wajah putih Hinata.

“Ya, aku tahu itu. Dan aku juga harus berterima kasih padamu karena kamu telah membukakan mata hatiku. Seharusnya, aku tidak salah mencintai orang lain. Aku ini memang bodoh ya? Hahahahahaha.”cengir Naruto. Hinata tersenyum.

“Silakan, ramennya.”kata Pak Teuchi mengantarkan pesanan ramen mereka. Air liur Naruto sudah menetes. Dengan tidak sabar, Naruto mengambil sumpit dan segera memakannya.

“Pelan-pelan, Naruto-kun. Nanti tersedak.”kata Hinata melihat Naruto makan dengan terburu-buru. Benar saja, Naruto menggebuk-gebukkan dadanya. Hinata segera memukul-mukul pelan punggungnya dan memberinya air.

“Buuuuuuaaaaaahhhhhh!!!!!!!!! Haaah... Terima kasih, Hinata-chan. Kalau tidak, aku pasti sudah mati tersedak!!”ucap Naruto. Hinata tersenyum manis.

Setelah selesai makan dan membayar ramen, mereka berdua jalan-jalan menatap Hinata yang di sampingnya. Manis, anggun, kalem, polos, baik, sabar, pengertian, sexy... Wanita yang sempurna. Siapa yang tidak ingin mempunyai pacar seperti Hinata? Hinata merasa diperhatikan pun sadar.

“Naruto-kun, ada apa? Kok ngeliatin aku kayak gitu?”tanya Hinata. Naruto tersadar dari lamunannya.

“Gak kok. Hinata-chan, mau gak ke apartemen aku? Bantuin aku beres-beres. Ya?”pinta Naruto dengan wajah puppy eyes. Hinata jadi tidak tega.

“Baiklah.”jawab Hinata. Naruto ber-yes ria. Dengan cepat, Naruto menggandeng Hinata ke apartemennya.

Setelah sampai di apartemen Naruto, Hinata hanya melongo melihat isi apartemen Naruto. Sungguh seperti kapal pecah. Pantas saja, dia minta bantuan Hinata. Membereskan apartemen seperti ini mungkin membutuhkan waktu paling tidak 5 jam.

“Hinata-chan, aku ke dapur dulu ya.”kata Naruto. Hinata mengangguk. Ia menuju ke kamar Naruto. Hinata hanya geleng-geleng kepala melihat kamar Naruto. Segera saja ia membereskannya.

Naruto menuju kamarnya. Dan, tak sengaja ia melihat Hinata yang sedang membereskan tempat tidurnya. Naruto melihat pantat Hinata yang bergoyang-goyang. Otak mesum Naruto langsung bekerja. Entah setan apa yang telah merasuki Naruto.

Pelan-pelan ia masuk ke kamarnya agar Hinata tidak tahu. Lalu, dengan perlahan ia menutup pintunya dan mengunci pintunya.

CKLEK....

Hinata terkejut. Dilihatnya Naruto di depan pintu.

“Naruto-kun... Bikin kaget saja.”kata Hinata. Naruto diam tak bergeming. Langkahnya menuju Hinata.

Hinata heran melihat Naruto menatap dirinya seperti akan menerkam dirinya. Hinata pun mundur dan mundur sampai akhirnya kakinya mentok ke tempat tidur.

“Naruto-kun, kamu kenapa?”tanya Hinata. Naruto tak menjawab. Ia langsung mencium bibir Hinata. Hinata terkejut.

“Naruto-kun, apa yang-hmmmmpppppp!!!!!!”Hinata ingin melepaskan ciumannya, tetapi Naruto menahannya. Setelah melepaskan ciuman itu, ia mendorong Hinata ke tempat tidurnya.

“Na-Naruto-kun?? A-apa yang kau lakukan?”tanya Hinata ketakutan. Naruto membuka jaketnya. Memperlihatkan dadanya yang bidang.

“Aku hanya ingin berdua denganmu, Hinata-chan... ”Tanpa basa-basi, Naruto melumat kembali bibir Hinata sambil menindihnya. Hinata memejamkan matanya, berat menahan tubuh Naruto.

Tangan Naruto mencari resleting jaket Hinata. Setelah menemukannya, ia menurunkan resleting itu. Hinata membelalakan matanya. Ia ingin memberontak, tapi Naruto lebih kuat darinya. Jaket Hinata terlepas. Memperlihatkan dadanya yang membesar itu. Hinata ingin menangis. Ciuman Naruto turun ke lehernya. Lalu, Naruto menciumi dadanya dan menghisap dadanya. Hinata berteriak.

“Naruto-kun!!! Jangan!! Aku mohon!!”Naruto tak peduli. Sambil menghisap dada Hinata, Naruto memelorotkan celana Hinata. Hinata melototkan matanya. Ingin bergerak, tubuhnya di tahan Naruto. Kedua tangannya di pegang Naruto.

“Hinata-chan, nikmatilah... ”kata Naruto menuju daerah G-spot Hinata. Hinata ketakutan. Air matanya menumpuk di pelupuk matanya.

Naruto memasukkan jarinya ke vagina Hinata. Hinata mengigit bibirnya menahan sakit. Ia ingin berteriak, tetapi rasanya tak bisa. Gerakan jari Naruto semakin cepat, membuat Hinata kesakitan.

“Hentikan, Naruto-kun!!! Sakit!!! Ahhhhh!!!!”teriak Hinata meronta. Naruto tak peduli, ia terus melanjutkan aktivitasnya.

Ia menarik kembali jarinya. Dilihatnya, Hinata yang ngos-ngosan karena kecapekan berteriak dan menahan sakit. Naruto membentuk sebuah segel.

“Kage bunshin no jutsu!!”3 bunshin Naruto keluar. Naruto yang asli melepaskan celananya. Wajah Hinata memerah melihat ‘Barang’ Naruto. Ia tidak berpikir, Naruto akan memperlakukan dirinya seperti ini.

“Naruto-kun... Cukup... Hentikan... Aku mohon...”tangis Hinata. Naruto tak peduli seakan-akan tak melihat Hinata menangis. Ia membalikkan tubuh Hinata dan menunggingkan pantat Hinata. Hinata tersentak.

Naruto yang asli berada di belakang pantatnya sekarang. Bersiap memasukkan ‘Barang’nya ke dalam vagina Hinata. Dada Hinata tampak sangat menggiurkan. 2 bunshin Naruto sudah berada di bawah dada Hinata. Tubuh Hinata gemetaran.

“Jangan Naruto-kun... Kumohon...”kata Hinata ketakutan. Naruto tersenyum.

“Jangan menangis, Hinata-chan. Aku hanya ingin memberimu kepuasan.”jawab Naruto mulai memasukkan ‘Barang’nya ke vagina Hinata. Naruto sedikit menekankan ‘Barang’nya ke dalam vagina Hinata agar masuk, karena sedikit susah memasukkannya. Hinata berteriak dan menangis kencang.

“Naruto-kun!!! Jangan!!! Sakit!!!!”teriak Hinata. Dan,’Barang’nya Naruto pun bisa masuk dan membuat Hinata menjerit kencang.

“AAAAAAHHHHHH !!!!”Untung apartemen sedang sepi, jadi tidak ada yang mendengar teriakan Hinata. Ketika Hinata menjerit, salah satu bunshinnya sudah berdiri di depan bibir Hinata dengan ‘Barang’ nya menghadap ke wajah Hinata. Hinata terpaku. Kaget. Naruto yang asli semakin dalam memasukkan ‘Barang’nya ke dalam vagina Hinata.

“AAAHHHHHHHHH-hmppppppppppp????!!!!!! ”jeritan Hinata tertahan, karena bunshin Naruto yang berada di depannya menyumpal mulutnya dengan ‘Barang’nya. Hinata hanya bisa menangis, menahan sakit. Bunshin Naruto di depannya menekan-nekan kepala Hinata agar Hinata mengulum ‘Barang’nya.

2 bunshin Naruto yang berada di bawah dada Hinata, kini asyik menghisap dan meremas-remas dada Hinata. Hinata sedikit tersentak saat salah satu bunshin Naruto meremas dadanya sangat keras, membuatnya kesakitan.

Posisi Hinata sekarang seperti ini. Naruto asli menggenjot dirinya, 2 bunshin Naruto meremas dan menghisap dadanya, dan satu bunshin Naruto dikulum ‘Barang’nya oleh Hinata.

“Aaaaaaah... Hinata-chhaaaaaannn... Akuuu..Mau keluuuuuuaaarrrr... ”desah Naruto mendapat kepuasan yang sangat hebat. Hinata membelalakan matanya ketika Naruto mengatakan itu. Jangan sampai itu terjadi.

Terlambat, sperma Naruto sudah keluar dan ‘Barang’ Naruto masih tertancap di dalam vaginanya. Naruto dan bunshinnya mengeluarkan spermanya. 2 bunshin Naruto menyemprotkan spermanya ke dada Hinata, dan 1 bunshin Naruto menyemprotkan spermanya ke mulut dan wajah Hinata. Naruto asli merasa lelah, ia duduk sebentar.

Hinata terkulai tak berdaya. Ia lelah. Lelah melayani 4 Naruto sekaligus!! Kini, ia sudah tak bisa apa-apa lagi. Naruto sudah mengambil semuanya. Darah mengalir dari vagina Hinata.

Naruto asli membalikkan tubuh Hinata. Hinata melototkan matanya. Naruto bersiap menggenjotnya kembali. 1 bunshin Naruto memegang tangannya, dan 2 bunshin Naruto meremas dadanya.

“Naruto-kun... Kumohon... Hentikan...”isak Hinata. Naruto tersenyum. Ia menggenjot Hinata sangat kencang dan terburu-buru..

“Akh!!!! Ahhhhhh!!!! Arrrggggg!!!!! Aakkkkhhh!!!! Sakit!!!!! Naruto-kun, ampun!!! Sakit!! Hentikan!! Arrrrrrghhhh!!!”jerit Hinata. Tubuhnya memberontak, tangan Hinata menggenggam erat Naruto bunshin yang memegangi dirinya hingga membuat sebuah cakaran. Hinata mengigit bibir bawahnya.

“Hinataaaa-chaaaaann... Ahhhhhhh....”Naruto kembali mendesah. Ia semakin cepat menggenjot Hinata. Naruto kembali ejakulasi dan croot.. crooot... Naruto menyemprotkan spermanya di dalam vagina Hinata. Naruto mengelap keringatnya. Ia mengambil nafas karena kecapekan menggenjot Hinata.

“Uhk.. Naruto-kun, hentikan... Sakit... Hiks....”rintih Hinata. Naruto membelai rambut Hinata dengan lembut lalu mengecup bibirnya dengan lembut dan sayang. Hinata terkulai lemas.

“Aku tidak menyakitimu, Hinata-chan... Tenanglah. Ya?”ujar melebarkan dan mengangkangkan paha Hinata hingga memperlihatkan vagina Hinata yang penuh dengan sperma Naruto.

“A-apa yang akan kau lakukan,Naruto-kun..?”tanya Hinata ketakutan. Naruto melihat vagina Hinata dengan wajah yang bersemu merah. Tanpa banyak basa-basi, Naruto segera melahap vagina Hinata. Hinata melotot. Wajahnya memerah. Mengigit bibir bawahnya.

“A.. aahh... Na-Naruto-kun... He-hentikan... A-aku mohon....”desah Hinata. Ia merasakan sesuatu yang rasanya nikmat sekali tetapi tak diinginkannya. Ia tak menginginkan ini semua sebelum menikah. Naruto terus menjilati vagina Hinata.

Hinata sudah mencapai klimaksnya. Croot... Naruto terkena cairan orgasme Hinata... Naruto hanya tersenyum melihat itu. Dia senang membuat Hinata bisa berorgasme. 2 bunshin Naruto masih meremas-remas dada Hinata. 1 bunshin Naruto memasukkan ‘Barangnya’ ke mulut Hinata kembali.

Naruto membuka lebar-lebar kaki Hinata. Kali ini, target Naruto adalah clitoris Hinata. Sejak tadi, Naruto melupakan itu. Dan,ia ingin mencicipi clitoris Hinata. Ia mencolek sedikit clitoris Hinata itu.

“Ahg!! Ugh!! Nha-nharuto-kun! Jh-jhangan!!!!”rintih Hinata tak jelas karena mulutnya penuh dengan ‘Barang’ bunshin Naruto. Naruto melepaskan jurusnya dan membuat bayangan dirinya menghilang. Kini, hanya ada dia dan Hinata kembali.

“Euhmm... Hinata-chan, ini menggoda sekali... Aku cicipi ya?”kata Naruto mengorek-ngorek clitoris Hinata dengan kasar, membuat Hinata memberontak dan merintih kesakitan.

“AHK!! NARUTO-KUN!! HENTIKAN!! SAKIT!!!”jerit Hinata mencengkram sprei biru Naruto hingga robek. Naruto terus saja melanjutkan aktivitasnya. Dimasukkannya kembali ‘Barangnya’ itu ke clitoris Hinata.

“Ahhh... Uuuuh... Hi-hinata-chan... aaaahhhh...”desah Naruto. Dada Hinata bergoyang-goyang menggairahkan sekali. Sambil menggenjot Hinata, Naruto meremas-remas dada kiri Hinata.

“Ughhh.. Ahh... Na-Naruto-kun... Sakit... Ahk!! Hen-hentikan!!! Argh!!”Naruto mencabut ‘Barangnya’. Hinata kembali ngos-ngossan. Naruto menarik Hinata membuat Hinata duduk dan berhadapan dengannya. Naruto menarik pelan dagu Hinata.

“Jangan menangis, Hinata-chan... ”ucap Naruto mengusap air mata Hinata. Hinata hanya diam, menangis. Tubuhnya rasanya sakit sekali. Naruto memegang tangan kanan Hinata. Menuntun tangan kanan Hinata untuk mengelus ‘Barangnya’ itu. Digesek-gesekkannya tangan Hinata itu ke ‘Barangnya’. Hinata tersentak, wajahnya bersemu merah.

“Ahh... Hinataaaa-chhhaaaaaan... Terussskkaaaaaan.....”desah Naruto. Naruto kembali ejakulasi dan spermanya menyemprot wajah Hinata.

Naruto menggesek-gesekkan ‘Barangnya’ yang masih penuh dengan sperma itu ke dada Hinata. Hinata memejamkan matanya. Ia merasakan dadanya mengejang dan mengeras.

“Naruto-kun... Sudah.... Aku... Sakit...”pinta Hinata terisak. Naruto tak mendengarkan itu. Ia malah berdiri, menghadapkan ‘Barangnya’ ke wajah Hinata. Ia langsung menarik kepala Hinata untuk mengulum ‘Barangnya’ itu.

“Oouuuuuuhhh... Terrrruuussss, Hinata-chaaannn....”Naruto menaik-turunkan tubuhnya dan menekan-nekan kepala Hinata. Hinata kembali menangis.

Naruto mencabut ‘Barangnya’. Lalu, ia menggendong tubuh Hinata. Hinata tersentak. Ketika menggendong Hinata, Naruto menancapkan kembali ‘Barangnya’ ke vagina Hinata. Menaik-turunkan tubuh Hinata, membuat Hinata kembali menjerit.

“NARUTO-KUN!!!!! AAHHHHKKKKK!!!!!!!”Naruto dan Hinata sama-sama ambruk. Lelah. Naruto bernafas dengan tersengal-sengal begitu pula dengan Hinata.

Lalu, Naruto sudah selesai dengan aktivitasnya. Ia kembali berpakaian lengkap. Hanya Hinata, sudah tak berdaya di atas kasur Naruto. Tubuhnya kotor oleh sperma Naruto.

“Hinata-chan.. Aku...”Hinata mundur ketakutan. Diambilnya selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Jangan dekati aku!! Kenapa kau lakukan ini padaku, Naruto-kun?! Kenapa kau memperkosaku?!!!!”teriak Hinata menangis. Naruto merasa sangat bersalah.

“Maafkan aku, Hinata-chan. Aku tidak bisa menahan nafsuku lagi. Aku... akui kalau aku dari dulu menginginkanmu.. Aku ingin, cepat-cepat menikah denganmu. Karena aku, sangat mencintai dirimu. Aku ingin kau hanya milik ku seorang. Maka dari itu, aku melakukan ini agar kau hamil dan aku bisa punya alasan untuk menikahimu. Aku bukanlah lelaki pengecut. Aku seorang ninja yang bertanggung jawab. Aku mau bertanggung jawab atas perbuatan ku.”kata Naruto membelai rambut Hinata. Hinata sedikit tenang ketika Naruto mengatakan itu.

“Percayalah, Hinata-chan. Kita akan hidup bahagia dengan anak kita. Minggu depan aku akan melamar mu. Aku janji.”kata Naruto. Hinata lama-lama tersenyum. Ia menyenderkan kepalanya di dada Naruto.

“Aku... Percaya sama kamu... Naruto-kun... Jangan pernah tinggalkan aku...”kata Hinata. Naruto tersenyum.

“Itu tidak akan pernah, Hinata-chan... Aku selalu di sini dan hidup untukmu.”

END..

Gimana?Udah lemon?Kalau belum,makan aja sendiri lemonnya!!Whahahahahahahahahaha!!Eh,Blue mau Talk Show dulu sama NaruHina nih!

TALK SHOW MODE:ON

Blueberry:Hola, minna !!!!!

Hinata:Hola, hola!! Hey, author idiot, gra-gra kamu bikin cerita ini badanku jadi sakit semua tahu!

Blueberry:Loh? Kok salahkan saya? *dengan wajah tanpa dosa*

Hinata:IYALAH!!!! KAN KAMU YG BIKIN!!! *teriak pake toa*

Blueberry:Hinata, tumben kamu bisa aja teriak ganas kayak gitu. Biasanya dah main pingsan aja.

Hinata:JYUUUUUKKKKEEEENNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!

Blueberry:*terbang ke iwagakure*

Naruto:Whehehehehehehehehehehe!!!Hinata-chan,makasih ya!!!Tadi tuh enak banget loh!Aku harus berterima kasih sama Blueberry cake nih!*dtg kayak setan sambil pakai sarung*

Hinata:Kamu yang enak, aku nggak! Kamu mainnya tadi kasar banget sih?! Badanku sakit semua!

Blueberry:*jalan dengan tertatih-tatih sambil bawa tongkat*

Naruto:Wew, Blueberry makasih ya!Enak banget kamu jadiin aku perannya kayak gitu!

Hinata:*mengepalkan tangannya*

Naruto:*merasakan death glare*

Hinata:NARUTO-KUN!!!! *ngejar sambil bawa golok*

Naruto:KYAAAAAAAAAAAAAA!!!!AMPUN HINATA-CHAN!!!!!!IYA,JANJI AKU BAKALAN TANGGUNG JAWAB!!!!!*kabur sambil megang sarung* TAMAT

TIME TO DEAD WITH PIANO

Dentingan tuts piano memenuhi ruangan musik itu. Dengan wajah sendu dan mata yang terlihat bengkak yang sepertinya habis menangis. Terlihat dari titik air mata yang sudah mulai mengering. Gadis bermata lavender dan bergaun lavender ini memainkan lagu Harmonia yang merupakan lagu favoritnya. Sambil memandang kedua buah foto.

“Naruto-kun... Sakura-chan... ”gumam Gadis itu terus memainkan pianonya. Wajah pucatnya tampak sangat mengerikan. Seperti mayat hidup.

“Kau... Bunga Sakura yang berlumuran darah...”umpat Gadis itu pada salah satu foto seorang wanita berambut merah muda.

“Kepercayaan itu pun... Bisa pudar di bawa mati...”gumam Gadis itu pada foto lelaki berambut pirang.

“Uhuk!!!Uuuuh...”Cairan kental berwarna merah keluar dari bibir merah Gadis itu. Gadis itu mendekap dadanya yang terasa sesak itu.

Tanpa berpikir panjang, Gadis itu mengambil sebuah silet yang sudah ia temukan dibawah grand piano tadi. Bermaksud, mengakhiri hidupnya bersama Grand Piano lavendernya itu.

Perlahan, ia goreskan silet itu ke nadi lehernya. Gadis itu merintih pelan tanda dia kesakitan. Tanpa mempedulikan rasa itu, ia berniat menggoreskan silet itu ke pergelangan tangannya.

Seorang lelaki berambut coklat tak sengaja melewati ruang musik yang sudah tak terpakai. Melihat pintunya terbuka, lelaki ini penasaran dan memasukkinya. Tampak seorang Gadis berambut indigo siap menggores pergelangan tangannya dengan silet.

“Hi... Hinata-sama!! A-apa yang kau lakukan?!!”teriak Lelaki itu. Gadis bernama Hinata itu tak menoleh sedikit pun pada Lelaki itu.

“Neji-niisan... Maafkan aku... Aku harus melakukannya.. Sampaikan maaf ku pada ayah, katakan pada beliau aku sangat mencintainya... Maafkan aku...”ucap Hinata. Neji buru-buru berlari ke arah Hinata. Terlambat, Hinata sudah terlanjur menggoreskan pergelangan tangannya. CRAT!!!! Darah muncrat ke wajah Hinata dan Neji.

Hinata tergeletak ke bawah. Secarik kertas ikut terbawa. Neji mengguncang-guncang tubuh mungil Hinata itu.

“Hinata-sama?! Hinata-samaaaa!!!!”

***

“Hinata-chan!!!!!! Huhuhuhu... Kenapa?! Kenapa?!!”raung Miru. Gadis berambut biru bermata orange ruby sahabat sejak kecil Hinata ini, menangis dan meraung keras ketika tahu sahabat yang sudah menemaninya selama 16 tahun kini sudah tertidur untuk selamanya.

“Miru-chan... Sudah.. Jangan menangis... Hinata pasti juga sedih melihat kau menangis seperti ini..”hibur Kiba yang telah menjadi kekasih Miru itu.

Naruto diam tak bergeming. Matanya mengarah ke peti mati yang siap dikuburkan yang di dalamnya terdapat seorang gadis manis berambut indigo yang matanya tertutup selamanya. Walaupun matanya mengarah ke peti, tetapi tatapannya kosong.

Air mata mengalir begitu saja dari matanya. Naruto tetap diam. Tak mengucapkan sepatah kata pun. Cinta pertamanya... Gadis yang paling dicintainya.. Telah pergi... Naruto merasa pipinya menghangat.

“Naruto... ”Kakashi menepuk pelan pundak Naruto. Naruto tetap diam, tak bergeming. Sakura yang melihat itu langsung menghampirinya.

“Naruto... Sudahlah... Jangan menangis terus...”ucap Sakura menghibur Naruto. Naruto memberi lirikan sinis ke Sakura.

“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!!!”bentak Naruto menepis tangan Sakura lalu pergi. Padahal, upacara pemakaman Hinata belum selesai. Daripada dia harus meledak dan menjadi kyuubi di tempat itu, lebih baik dia pergi, pikirnya.

Sakura terkejut. Tak biasanya Naruto bersikap kasar padanya. Sakura melirik peti mati yang akan dikubur itu. Seulas senyum tampak di bibir Sakura. Ino yang melihatnya curiga.

Naruto membanting pintu apartemennya. Ia merebahkan tubuhnya sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Ingin rasanya ia berteriak sekencang mungkin, melepaskan semua kemarahan dan kesedihan di dadanya.

“AAAARRRRRRGGHHHHHH!!! HINATA-CHAN!!! KENAPA?! KENAPA KAU PERGI?! PADAHAL... PADAHAL, AKU BELUM MEMINTA MAAF PADAMU!!! AKU RINDU KAMU!!! Hiks... Hiks.. Maafkan aku...”teriak Naruto membanting semua barang yang ada di kamarnya itu. Air matanya deras. Lelaki berambut pirang ini memegang dadanya. Sakit.

Naruto mengambil sebuah bingkai foto. Dimana, terdapat dirinya dan Hinata sedang menikmati sebuah festival musim panas di Konohagakure. Hinata memakai yukata lavender dan obi putih bercorak bunga anggrek. Rambutnya yang panjang diikat setengah dengan ikat rambut lavender pemberian Naruto. Sangat manis dan anggun. Tetapi, semua itu hanyalah kenangan.

Tok... tok... Seseorang mengetuk pintu apartemen Naruto. Dengan malas, ia beranjak menuju pintu apartemennya. Dan, tampak seorang gadis merah muda berbaju hitam yang tersenyum padanya.

“Hay Naruto!”sapa Sakura. Naruto tak menyahut.

“Ada apa,Sakura?”Sakura terkejut. Tak biasanya Naruto memanggilnya tanpa suffix chan. Dan,terlebih lagi, Naruto tampak judes padanya.

“Tidak. Aku tadi hanya sekedar lewat dan ingin melihat keadaanmu. Huuffft... Apartemenmu berantakan sekali. Tak punya waktu kah kau membersihkan ini semua?”keluh Sakura. Naruto tak menjawab. Wajahnya masih tampak murung. Sakura menghela nafas.

“Sudahlah, jangan bersedih terus. Bagaimana kalau kita berkencan?”ajak Sakura. Naruto mendongakkan kepalanya. Sakura mengira Naruto akan menerima ajakkannya.

“Kau gila, Sakura?! Hinata-chan baru saja dimakamkan!!! Kuburannya pun masih basah!!! Dan, kau mengajakku berkencan?! Tidak punya perasaan!!!”bentak Naruto. Sakura terkejut.

“Kau tidak perlu membentakku, Naruto!Kalau kau tidak maupun, tidak apa-apa!! Aku hanya jengah melihatmu menangisi Hinata yang kini sudah tertimbun tanah itu!! Aku malah senang kini dia sudah mati!!!”sengit Sakura.

“Sakura!!! Jaga mulutmu!!!”PLAK!!! Naruto menampar Sakura. Sakura tersungkur jatuh.

“Naruto... How dare you!!! Beraninya kau menamparku!!”cerca Sakura. Nafas Naruto tersengal-sengal.

“Memang siapa dirimu sampai-sampai aku tak berani menamparmu?! Kalau aku mau, aku bisa membunuhmu!!! Dasar wanita jalang! Iblis!! Pergi kau dari sini!! Jangan pernah temui aku lagi!! Kita sudahi semuanya! YOU FUCKIN SUCH BITCH!!!”Naruto mendorong Sakura keluar.

“Ingat Naruto, berapa pun air mata yang kau keluarkan tak akan membuat Hinata hidup kembali!! Brengsek!!!”Sakura menendang pintu apartemen Naruto. Naruto tidak menghiraukannya. Di pikirannya saat ini, hanyalah penyesalan pada Hinata..

***

Neji merenung di kamarnya. Mengenang saat-saat ia bersama Hinata dulu. Saat ujian chunin, saat Neji hampir merenggut nyawa Hinata, kini Neji berusaha mati-matian melindungi nyawa Hinata dari siapapun. Ketika Hinata ada masalah, Neji siap jadi tempat pelampiasan masalah Hinata. Dan kini, semua itu terlalu cepat untuk di hilangkan. Neji merasa baru kemarin ia bersenang-senang dengan Hinata. Kenapa harus Hinata?Kenapa bukan dirinya saja?

“Hinata-sama... ”seru Neji suaranya terdengar parau. Pipinya menghangat. Menangis.

Tanpa sengaja, ia menyentuh sebuah kertas yang ia temukan di samping jasad Hinata. Sejak melihat bunuh diri Hinata, sampai sekarang Neji belum membuka apa isi kertas itu. Dia masih terlalu sedih atas kematian Hinata.

Perlahan, Neji membuka kertas itu. Lama-kelamaan dahinya berkerut.

Terluka oleh pisau pengkhianatan. Tergores oleh sebilah kekejaman. Saat langit mulai sore, ketika Matahari oranye tenggelam, Bunga Sakura menebarkan kelopaknya, saat itulah Lavender layu dan dilupakan.

“Apa ini? Aneh sekali... Seperti teka-teki...”gumam Neji meneruskan membacanya.

Matahari oranye bangun kembali dengan sinar hangatnya. Sayang, Lavender telah layu. Sedikit dentingan piano lembut dan senyuman Matahari orange akan membuat Lavender tersenyum kembali.

“Mungkin ini teka-teki?”tebak Tenten membaca berulang-ulang kertas yang lusuh dan kusut. Neji hanya berpangku tangan saat ia menyuruh Tenten, Kiba, Shikamaru untuk menemuinya ke warung dango membicarakan hal ini.

“Aku juga berpikir seperti itu, tapi... Teka-teki apa?”sahut Neji. Tenten membaca lagi kertas itu. Shikamaru merebutnya.

“Ini... sepertinya sebuah pesan...”kata Shikamaru tak yakin.

“Pesan? Pesan apa?”tanya Kiba mengerutkan dahinya.

“Pesan yang menyuruh kita untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan Hinata hingga dia bunuh diri dengan cara seperti itu...”jawab Shikamaru menopang dagu. Neji mengerutkan dahinya

“Tapi, apa yang dimaksud dengan matahari oranye, bunga sakura, dan lavender?”tanya Kiba. Shikamaru mengangkat bahunya.

Neji berpikir keras. Apa maksud semua ini? Matahari oranye, bunga sakura, lavender?? Aneh sekali...

***

Sakura mengusap rambut merah mudanya yang setengah basah itu. Kimono merah menutupi tubuh kurusnya. Ia mematut di depan cermin. Berputar-putar, mengagumi tubuh kurusnya itu.

“Hm... Aku cantik, sexy lagi...Kenapa Naruto malah lebih memilih Hinata daripada aku?Dasar bodoh...”ucap Sakura memuji dirinya sendiri.

Cewek bermata emerlad ini bergegas berganti pakaian, ia membuka lemari pakaiannya. Seketika, ada sebuah suara yang mengagetkan Sakura.

Ting. Seperti sebuah suara dentingan piano. Sakura terdiam. Sepertinya itu dari lantai bawah. Dengan langkah perlahan, ia turun ke lantai bawah. Di lihatnya Grand piano merahnya itu. Diam di tempat. Tak bergeming sedikit pun. Sakura menghela nafas.

“Mungkin hanya perasaan ku saja. Atau, kucing yang tak sengaja masuk ke sini? Dasar iseng!”keluh Sakura bergegas balik menuju kamarnya lagi.

Tetapi, baru saja dia membalikkan tubuhnya, ia mendengar piano itu berbunyi lagi. Kali ini, bukan 1 tuts saja. Tampaknya,piano itu bermain sendiri. Menciptakan sebuah lagu yang Sakura kenal. Padahal, di rumah itu hanya ada dirinya saja. Tak ada orang lain.

Harmonia. Itu yang terbenak di kepala Sakura. Lagu Harmonia. Lagu yang sangat Sakura kenal. Lagu favorit mantan sahabatnya itu. Bulu kuduk Sakura terasa berdiri. Ia tak berani membalikkan tubuhnya,t etapi ia penasaran. Tak mungkin piano itu bermain sendiri.

Perlahan, ia membalikkan tubuhnya sambil mengigit bibir bawahnya. Dengan gugup, ia membalikkan tubuhnya menghadap piano merah itu. Sakura memelotokan matanya.

Hinata. Dengan gaun lavender yang lusuh, lehernya penuh dengan darah. Jari-jarinya memainkan piano itu dengan lincah. Pergelangan tangannya membusuk. Tampaknya, darahnya menghitam. Sakura tak bisa bersuara. Dia ingin teriak, tetapi tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya.

“Apa kabar... Sakura?”Hinata berhenti memainkan pianonya. Ia sedikit tersenyum mengerikan, tanpa menoleh ke Sakura. Rambutnya menutupi setengah wajahnya.

“K-kau mau apa?! Bu-bukankah kau sudah mati?!”tanya Sakura gugup. Keringat dingin keluar dari dahinya. Hinata tak menjawab. Ia beranjak dari tempat duduknya.

“Aku? Aku mau sekelopak bunga sakura yang manis...”jawab Hinata perlahan melangkah ke Sakura. Sakura ingin lari. Tetapi, rasanya Hinata memberi genjutsu padanya agar tidak lari kemana-mana. Tentu mustahil, Hinata sudah meninggal. Kalau pun hidup, Hinata bukan ahli genjutsu.

“Jangan dekati aku!!”teriak Sakura membalikkan tubuhnya ingin berlari. Tetapi, Hinata sudah didepannya. Menghadang.

“Kenapa buru-buru, Cantik? Kau tidak rindu padaku? Kita kan... Sahabat... ”ujar Hinata melangkah membuat Sakura mundur dan mundur.

“A-apa kau mau balas dendam?! Iya, balas dendam?! Ayo, bunuh aku!!!”tantang Sakura setengah panik. Pinggulnya menyentuh Grand piano merah itu. Ia ter-skak.

“....”

“Kenapa diam?! Kau mau balas dendam kan?! Ayo, bunuh aku!! Pengecut!! Pergi kau dari sini!!!”teriak Sakura. Tangannya menggegam pinggiran piano yang terbuka itu. Hinata diam. Lalu, menghilang. Sakura bernafas lega.

BRAKKKK!!!!!!!!!!!!!

“Kyaaaaaa !!!!!!!!!”jerit Sakura. Tangannya terjepit penutup piano itu. Saking kencangnya, rasanya jari-jari Sakura tidak dapat digerakkan. Ia berusaha mengeluarkannya.

“Ugh!! Arrrgggh!!! Hah... hah... Ugh!! Jariku... Tidak dapat digerakkan...”gumam Sakura. Kelihatannya, jarinya tampak retak. Tubuhnya mengigil ketakutan. Hinata benar-benar akan membunuhnya! Padahal, dia hanya bercanda berbicara seperti itu agar Hinata pergi. Ternyata, Hinata tidak main-main.

“Kau takut, Cantik?”tanya Hinata yang sudah di belakang Sakura. Sakura menoleh. Belum sempat melihat wajah Hinata, gadis berambut Indigo ini sudah keburu mencekik Sakura hingga tak bisa bernafas.

“Pengkhianatan itu sangat menyakitkan bukan? Bisa membuat satu nyawa menghilang...”ucap Hinata lirih. Kuku jarinya memanjang. Sakura melototkan matanya. Ia ingin berteriak, tetapi tak bisa.

“Dan, sebelum kau pergi bagaimana kalau aku mempercantik dirimu?”kata Hinata menyeringai. Perlahan, ia mencakar wajah Sakura dengan telunjuknya.

Sakura meringis kesakitan. Perih. Sakit. Hinata semakin keras mencakar wajahnya. Darah bercucuran dari wajah Sakura. Terbuat goresan-goresan luka yang mengerikan.

Entah mengapa, Hinata melepaskan Sakura begitu saja. Sakura jatuh tersungkur di bawah Grand Piano. Nafasnya tersengal-sengal. Ia terbatuk.

“Uhuk... Uhuk... Ugh... ”Hinata diam di tempat. Tak bergeming sedikit pun. Sakura menatapnya dengan ketakutan. Ia mundur dengan tergesa menjauhi Hinata.

“Pergi!! Pergi kau!! Su... sudah puaskah kau hah?!!”teriak Sakura berlari ke kamarnya dengan tertatih-tatih. Ia membanting pintu kamarnya keras-keras dan segera menguncinya. Menyenderkan tubuhnya di pintu. Nafasnya tersengal-sengal.

“Tidak... Ini tidak mungkin terjadi... ”gumam Sakura menangis ketakutan. Ia duduk di kasurnya dengan tubuh yang gemetaran.

Tes... Sakura tersentak. Suara itu? Seperti suara air yang jatuh dari atas. Sakura melihat telapak tangannya yang terasa dingin itu. Setetes cairan berwarna merah. Seketika, Sakura merinding. Dengan perlahan, ia mendongakan kepalanya melihat langit-langit kamarnya. Mata Sakura membulat seakan ingin keluar melihat apa yang ada di langit-langit kamarnya.

Darah berwarna pink akan segera aku musnahkan... Jadi, tunggulah saat kereta kematian menjemputmu... Sakura...

Sebuah tulisan di langit-langit kamar Sakura yang di tulis dengan darah oleh Hinata membuat Sakura ketakutan luar biasa. Air matanya menumpuk di pelupuknya.

“TIDAAAAKKKKKK!!!!!!!!!!!!!”

***

Ino mengerutkan dahinya. Rasa curiga memenuhi perasaannya sekarang. Ia membalut luka di wajah dan jari Sakura yang remuk itu. Wajah Sakura tampak seperti orang yang dikejar oleh seorang psikopat.

“Kau yakin tidak apa-apa? Wajahmu pucat sekali... ”tanya Ino meletakkan kembali perbannya ke kotak obat. Sakura mengangguk.

“Benarkah jarimu itu remuk karena terjepit pintu? Dan, luka di wajahmu itu terbuat saat kau sedang naik sepeda terjatuh?”
tanya Ino curiga. Sakura terkejut. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya.

“I... iya. Benar!! Masa kau tidak percaya dengan ku sih, Ino?”jawab Sakura berusaha meyakinkan Ino dan menutupi semuanya. Ino mengerutkan dahinya. Melihat luka di wajah dan jari Sakura.

Hmmm... Tidak mungkin ada orang terjepit pintu hingga remuk seperti itu. Mungkin, hanya bengkak atau luka dalam saja. Dan, separah-parahnya orang jatuh dari sepeda, tidak mungkin hasil goresannya lurus seperti itu. Seperti sebuah cakaran.

“Baiklah Sakura... Sudah selesai... Nanti, kalau kau butuh apa-apa bilang aku ya..”kata Ino menutup kotak obatnya.

“Ino... Apa... Aku boleh menginap di sini semalam saja?”pinta Sakura menundukkan kepalanya. Menginap? Meski mereka telah bersahabat sejak bertahun-tahun, Sakura tak pernah menginap di rumahnya kecuali kalau dia lagi ada masalah atau bosan di rumah atau apalah yang menyebabkan dia tidak betah di rumahnya.

“Masalah apa?”tanya Ino sebelum menjawab. Sakura diam. Tangannya bergetar. Ino tahu itu. Sebagai ninja petarung dan ninja medis, ia bisa meneliti perbedaan yang ada pada orang yang sedang berbicara dengannya.

“Ti-tidak... Aku hanya ingin menginap saja di rumahmu... Aku bosan di rumah... Bolehkah?”pinta Sakura lagi. Ino menghela nafas. Ino tahu, bahwa sahabatnya ini menutupi sesuatu darinya. Tetapi, Sakura tampaknya memang tidak ingin masalahnya diketahui orang lain termasuk Ino. Daripada memulai pertengkaran, Ino lebih memilih diam dan menganggukan kepalanya. Yah, setidaknya sahabatnya ini masih mau menemuinya walau tidak menceritakan apa yang terjadi dengannya.

***

Kiba, Tenten, Neji dan Naruto sedang berkumpul di depan makam Hinata. Mereka menemani Naruto yang sejak 2 malam tak kembali ke apartemennya hanya karena ingin melihat makam Hinata. Wajahnya pucat, bibirnya membiru. Matanya tampak lelah dan sayu.

“Naruto... Sudahlah... Jangan bersedih terus... Kalau kau menangisi Hinata terus, Hinata juga pasti sedih melihat kau bukan Naruto yang dulu periang...”hibur Tenten. Naruto tetap diam tak menjawab. Memegang nisan Hinata.

“Kalian tak tahu bagaimana rasanya di tinggal orang yang mencintai kalian sepanjang hidupnya... Dan aku, adalah orang terbodoh sepanjang masa karena menyia-nyiakan itu semua...”ucap Naruto lirih.

“Ya kami tahu itu... Tapi... ”belum selesai Kiba berkata Naruto memotongnya.

“DIAM KALIAN!!!!! KALIAN TIDAK MENGERTI PERASAAN AKU!!!!!!! JANGAN SOK PEDULI PADAKU!!! PERGI DAN TINGGALKAN AKU DI SINI SENDIRI BERSAMA HINATA-CHAN!!!!!”bentak Naruto mengusir teman-temannya. Kiba terkejut.

“Haaaaaa... Sudahlah... Dia memang kepala batu... Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Mau menjenguk Miru-chan. Kata Hito-niisan dia menangis terus-menerus dari pagi. Ja matte... ”Kiba melambaikan tangannya. Yang lainnya masih menunggu Naruto yang menangis meraung-raung di depan makam Hinata.

Tak akan ada tempat bagi seorang pengkhianat...

NEXT